Budaya Khitan di Bali: Antara Tradisi, Agama, dan Perkembangan Medis Modern
Khitan atau sirkumsisi merupakan praktik yang dikenal luas di berbagai budaya dan agama di dunia. Di Indonesia, khitan memiliki kedudukan penting dalam masyarakat Muslim sebagai bagian dari ajaran agama serta tradisi turun-temurun. Namun, bagaimana dengan Bali, sebuah wilayah yang identik dengan budaya Hindu yang kaya dan kompleks? Artikel ini membahas secara mendalam mengenai posisi khitan dalam budaya Bali, bagaimana praktik ini diterima, serta perubahan-perubahan yang terjadi seiring perkembangan zaman.
1. Khitan dalam Perspektif Budaya Hindu Bali
Dalam struktur budaya Hindu Bali, khitan bukanlah bagian dari upacara ritual maupun kewajiban keagamaan. Ajaran Hindu Bali mengenal berbagai tahapan upacara dalam hidup manusia, yang disebut Manusa Yadnya, seperti:
-
Upacara nelu bulanin (tiga bulanan bayi)
-
Otonan (ulang tahun menurut kalender wuku)
-
Metatah/Mepandes (potong gigi)
-
Pawiwahan (perkawinan)
-
Ngaben (pembakaran jenazah)
Dari seluruh rangkaian tersebut, tidak satu pun yang memasukkan khitan sebagai bagian dari proses ritual penyucian atau penanda kedewasaan. Di Bali, tanda peralihan menuju kedewasaan anak laki-laki justru ditandai melalui upacara Metatah (potong gigi), yang memiliki makna filosofis untuk mengendalikan sifat buruk dan mempersiapkan seseorang menjadi manusia dewasa yang matang secara spiritual.
Karena tidak tercantum dalam ritual Hindu Bali, masyarakat Hindu Bali secara budaya tidak memiliki tradisi khitan seperti yang ditemukan pada masyarakat Islam, Yahudi, atau beberapa suku di Afrika dan Pasifik.
2. Kehadiran Komunitas Muslim di Bali dan Tradisi Khitan
Meskipun mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu, pulau ini juga dihuni oleh berbagai komunitas Muslim yang telah menetap sejak ratusan tahun lalu. Di antara kelompok Muslim di Bali adalah:
-
Komunitas muslim Kampung Jawa (Kertalangu, Denpasar)
-
Komunitas muslim di Loloan, Jembrana
-
Perantau Bugis-Makassar
-
Penduduk asal Sasak, Lombok
-
Masyarakat Jawa dan Madura yang telah lama tinggal di Bali
Pada komunitas-komunitas ini, khitan dilakukan sesuai ajaran Islam, biasanya disertai:
-
Selamatan atau doa bersama
-
Pengajian singkat
-
Acara syukuran keluarga
-
Terkadang dipadukan dengan adat daerah asal, seperti prosesi sasak atau bugis
Di Bali, khitan pada komunitas Muslim memiliki fungsi sosial dan spiritual:
-
Melaksanakan ajaran agama
-
Menandai kedewasaan anak laki-laki
-
Memperkuat solidaritas komunitas
Tradisi tersebut bertahan kuat, meskipun bentuk acaranya bervariasi dari yang sederhana sampai meriah.
3. Pertumbuhan Minat Khitan Medis di Kalangan Hindu Bali
Dalam dua dekade terakhir, terjadi perubahan signifikan terkait penerimaan khitan di masyarakat Hindu Bali. Meski bukan tradisi agama, semakin banyak keluarga Hindu Bali yang memilih khitan untuk anak laki-lakinya atas dasar:
a. Alasan kesehatan
Khitan dipahami dapat memberikan manfaat:
-
Mengurangi risiko infeksi saluran kencing
-
Mencegah fimosis dan parafimosis
-
Menjaga kebersihan organ reproduksi
-
Mengurangi risiko infeksi menular seksual di masa dewasa
b. Rekomendasi dokter
Praktisi medis di Bali sering menyarankan khitan bagi anak laki-laki yang mengalami fimosis atau infeksi berulang. Dengan metode modern tanpa jarum atau minim nyeri, semakin banyak orang tua yang mempertimbangkan prosedur ini.
c. Pengaruh perkembangan informasi
Kemudahan akses informasi kesehatan membuat masyarakat Bali lebih terbuka terhadap manfaat medis khitan, terlepas dari perbedaan agama.
d. Tidak bertentangan dengan ajaran Hindu
Tidak ada larangan agama Hindu Bali yang berkaitan dengan khitan, sehingga masyarakat Hindu dapat menjalani prosedur ini tanpa hambatan spiritual.
4. Tidak Ada Upacara Adat Khusus untuk Khitan dalam Budaya Bali
Walaupun beberapa keluarga Hindu Bali memilih khitan karena alasan medis, prosesi ini tidak disertai ritual adat khusus. Tidak ada upacara:
-
Penyucian
-
Pengukuhan kedewasaan
-
Ritual spiritual
-
Tradisi komunitas
Khitan dilakukan murni sebagai tindakan medis di klinik, rumah sakit, atau klinik sunat modern, biasanya tanpa upacara tambahan.
Hal ini membedakan Bali dari beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat atau Madura yang memiliki upacara adat khusus untuk khitan.
5. Dinamika Sosial: Antara Tradisi, Agama, dan Medis
Fenomena khitan di Bali memperlihatkan bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan perkembangan baru tanpa meninggalkan identitas budayanya. Ada tiga kelompok besar terkait khitan di Bali yaitu kelompok Hindu Bali, Komunitas Muslim Bali dan pendatang Non-Hindu.
Kesimpulan
Budaya khitan di Bali merupakan gambaran tentang keragaman budaya Indonesia. Pada masyarakat Hindu Bali, khitan bukan bagian dari tradisi atau ritual keagamaan, namun tetap diterima sebagai tindakan medis modern. Sementara itu, komunitas Muslim dan etnik pendatang tetap melaksanakan khitan sebagai bagian dari ajaran agama dan identitas budaya.
Secara keseluruhan, Bali memperlihatkan bagaimana tradisi lokal, keyakinan agama, dan perkembangan ilmu kedokteran dapat berjalan berdampingan, menciptakan keberagaman praktik yang saling menghormati.
More Information About Khitan
Alamat:
Citraland Driyorejo CBD Ruko Blok N3/19
Jl.Raya Petiken No.01, Kec.Driyorejo
Kab.Gresik,Jawa Timur 61177
📞 WA: 087851825682